EDA WEB – Perjanjian Kalijati terjadi pada tanggal 8 Maret 1942. Perjanjian ini merupakan momen berakhirnya masa penjajahan Belanda di wilayah Indonesia.
Perjanjian Kalijati dibuat saat Jepang mulai berhasil menduduki wilayah Hindia Belanda dan menguasai kantong-kantong penting. Keunggulan militer Jepang tak mampu diimbangi Belanda.
Alhasil, Belanda tak dapat mempertahankan wilayahnya. Terlebih, kedatangan Jepang disambut oleh para penduduk bumiputera.
Lantas, bagaimana ?
Baca juga:
Awal mula Perjanjian Kalijati
Latar belakang adanya Perjanjian Kalijati diawali oleh ambisi Jepang yang ingin menguasai kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Sebelum kedatangan Jepang ke Indonesia, kekuasaan Belanda yang telah lama bercokol tidak menghadapi tantangan berarti.
Situasi mulai berubah drastis ketika Jepang mulai mengincar wilayah Asia Tenggara sebagai bagian dari strategi mereka di Perang Dunia II.
Pada Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo mengambil alih jabatan Perdana Menteri Jepang dan mulai merancang strategi untuk menguasai sumber daya alam di wilayah Asia Tenggara.
Tekanan semakin meningkat setelah Amerika Serikat memberlakukan embargo minyak, sehingga memengaruhi suplai bagi kebutuhan perang Jepang.
Baca juga:
Situasi ini membuat Jepang harus menghadapi beberapa kekuatan besar yang telah menduduki kawasan Asia Tenggara, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda.
Serangan Jepang ke Indonesia dimulai pada Januari 1942 dengan pendudukan wilayah strategis seperti Tarakan (Kalimantan) dan Maluku. Setelah itu, perhatian Jepang beralih ke Jawa, pusat kekuasaan Hindia Belanda.
Pasukan Jepang mendarat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Dominasi Jepang semakin kuat berkat keunggulan angkatan udara mereka. Dai Nippon cukup mudah melumpuhkan pertahanan Belanda.
Pada 1 Maret 1942, Tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di beberapa titik strategis di Jawa, seperti Teluk Banten, Eretan Wetan, dan Kragan. Dalam waktu singkat, Jakarta dinyatakan sebagai “kota terbuka” pada 5 Maret 1942, menandai berakhirnya kontrol Belanda di ibu kota.
Keberhasilan Jepang terus berlanjut hingga mereka mencapai Bandung melalui Lembang dan Subang. Di Bandung, kedatangan Jepang disambut dengan antusias oleh masyarakat lokal yang menganggap mereka sebagai pembebas dari penjajahan Belanda.
Baca juga:
Perjanjian Kalijati 8 Maret 1942
Puncak serangan Jepang terjadi dengan direbutnya lapangan udara Kalijati di Subang, sekitar 40 km dari Bandung, pada awal Maret 1942. Meskipun Belanda berusaha keras merebut kembali wilayah itu, serangan mendadak dari Detasemen Shoji memupuskan upaya mereka.
Pada 6 Maret 1942, situasi semakin kritis ketika Mayor Jenderal J.J. Pesman, panglima Belanda di Jawa Barat, diperintahkan untuk menghindari pertempuran lebih lanjut. Pasalnya, Bandung telah dinyatakan menjadi kota mati karena hanya dihuni penduduk sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Pada 7 Maret 1942, Jepang akhirnya berhasil memaksa pasukan Belanda di sekitar Belanda untuk mennyerah. Jepang kemudian memberikan ultimatum yang mengancam akan membombardir Bandung dari udara jika Belanda tidak memenuhi tuntutan mereka.
Ancaman ini membuat Belanda menyerah tanpa syarat. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, bersama para pejabat tinggi militer lainnya, setuju untuk bertemu dengan Jepang.
Sebuah perundingan diadakan pada 8 Maret 1942 di Kalijati. Letnan Jenderal Hitoshi Imamura memimpin delegasi Jepang.
Baca juga:
Akan tetapi, hingga pukul 10.00 WIB, para petinggi Belanda belum tiba juga di Kalijati. Jepang lantas mengeluarkan ancamana untuk membombardir Bandung.
Desakan ini membuat Belanda langsung mengatur pertemuan lagi. Akhirnya, di sebuah rumah dinas di Lanud Kalijati.
Bersama Jenderal Ter Poorten, Tjarda kemudian menandatangani penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda kepada Jepang.
Peristiwa ini mengakhiri era penjajahan Belanda dan memulai periode di Indonesia. Penyerahan ini juga jadi bagian dari strategi Jepang untuk memperkuat posisi mereka di kawasan Asia Tenggara selama Perang Dunia II.
Berikut adalah inti dari 8 Maret 1943:
- Belanda menyerahkan wilayah Indonesia seluruhnya kepada Jepang tanpa syarat
- Jepang akan membentuk pemerintahan militer di Indonesia
Selama pendudukan, Jepang membagi Indonesia menjadi tiga wilayah administratif, dengan Jawa menjadi pusat utama karena kepentingan politiknya yang tinggi.
Dengan berakhirnya perlawanan Belanda melalui Perjanjian Kalijati, perjalanan sejarah Indonesia memasuki babak baru di bawah pendudukan Jepang.
Baca juga:
Refrensi:
- Edo Galih Permadi, (2015), “Politik Bahasa pada Masa “, AVATARA, Vol 3(3), 590-603.
- Duma Lumban Gaol dan Reka Seprina, (2023), “Ketatanegaraan Indonesia di Bawah Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)”, KRINOK, Vol. 3(1), 187-202.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas