
PALU, EDA WEB – (), provinsi yang selama ini dikenal sebagai “lumbung pangan” di timur Indonesia, kini bersiap menghadapi era kejayaan baru.
Melalui inisiatif strategis yang digagas oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah, (BBT) dan Kementerian UMKM bersinergi dalam sebuah misi besar merevitalisasi industri dan menjadikan Sulawesi Tengah sebagai motor penggerak hilirisasi komoditas unggulan ini.
Kolaborasi ini lahir dari kesadaran bahwa Sulawesi Tengah memiliki peran krusial dalam peta produksi kakao nasional.
Baca juga:
Data dari BI menunjukkan, Indonesia memproduksi 641.000 ton kakao per tahun, dan 146.000 ton di antaranya berasal dari Sulawesi Tengah. Angka ini menempatkan provinsi ini sebagai penghasil kakao terbesar di Indonesia.
Namun, potensi besar ini menghadapi tantangan serius. Umur pohon kakao yang sudah tua, produktivitas rendah, dan praktik jual beli tanah ilegal menjadi hambatan utama.
Kepastian Hukum dan Pemberdayaan Petani
Dalam acara Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan BI Palu, Sekretaris Badan Bank Tanah, Jarot Wahyu Wibowo, menjelaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya akan berperan krusial dalam menyelesaikan masalah tersebut.
“Badan Bank Tanah hadir untuk memberikan kepastian hukum atas tanah,” tegas Jarot menjawab EDA WEB, Senin (4/8/2025).
Ia mengungkapkan bahwa BBT akan mengelola tanah-tanah telantar, terutama yang berasal dari bekas Hak Guna Usaha (HGU), untuk dialokasikan kembali kepada masyarakat melalui program Reforma Agraria. Ini adalah jawaban atas maraknya kasus jual beli tanah negara yang merugikan.
Baca juga:
“Program Reforma Agraria kami tidak hanya membagikan sertifikat. Kami akan membina masyarakat agar tanahnya produktif dan tidak dijual,” tambah Jarot.
BBT sendiri telah mengamankan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) di Kabupaten Poso seluas 6.648 hektar.
Dari total itu, peruntukan Reforma Agraria seluas 1.550 hektar, Badan Air 6,42 hektar, Sempadan Sungai seluas 315,12 hektar, Perkebunan/Pertanian/Peternakan 3.599,23 hektar, Demplot dan Embung seluas 8,26 hektar, dan Kawasan Industri seluas 119 hektar.
Kemudian Kawasan Konservasi 233,88 hektar, Kawasan Pariwisata 255,64 hektar, Kawasan Untuk Kelompok Tani (Kopi) 196,45 Hehktar, Kawasan Permukiman dan Perkotaan 214 hektar, dan Kawasan Koridor Jalan 150 Hektar.
Proses penetapan penerima tanah ini tidak dilakukan sepihak oleh BBT, melainkan melibatkan pemerintah daerah, kepala desa, hingga bupati, yang tergabung dalam Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA).
Siapkan Ekosistem Bisnis Berkelanjutan
Deputi Bidang Usaha Menengah Kemen UMKM, Bagus Rachman, menambahkan bahwa program ini adalah bagian dari strategi hilirisasi yang diamanatkan Presiden Prabowo Subianto.
Ia mengakui, salah satu kendala utama saat ini adalah rendahnya nilai tambah dari produk kakao yang dihasilkan petani.
“Untuk itu, kita akan membangun ekosistem bisnis UMKM berbasis klaster. Para petani kakao harus bersatu dalam lembaga ekonomi seperti koperasi atau BUMDes agar memiliki daya tawar yang kuat,” imbuh Bagus.
Baca juga:
Kemen UMKM akan fokus pada Kelembagaan Petani untuk memperkuat koperasi petani kakao agar mampu menjadi agregator dan bertransaksi secara legal.
Kemudian Menggandeng BPDP dan Kementerian Pertanian untuk memastikan ketersediaan bibit kakao berkualitas dan bersertifikasi.
Selanjutnya Pembiayaan dan Hilirisasi untuk mendorong investasi untuk pembangunan pabrik pengolahan lokal, dari fermentasi hingga produksi bubuk atau cokelat batangan.
Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi pilot project nasional yang menunjukkan bagaimana sinergi antara lembaga pemerintah, dari pusat hingga daerah, mampu mengorkestrasi program ekonomi yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.
Dengan langkah konkret ini, Sulawesi Tengah tak hanya akan dikenal sebagai produsen kakao terbesar, tetapi juga sebagai pelopor dalam hilirisasi yang berkeadilan, di mana masyarakat memiliki kendali penuh atas kekayaan alamnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas