Kondisi SD Negeri di Pelosok Katingan yang Hanya Punya 13 Murid, Kelas 1-6 Digabung Jadi Satu

  
Kondisi SD Negeri di Pelosok Katingan yang Hanya Punya 13 Murid

PALANGKA RAYA, EDA WEB – Momen perpisahan satu orang siswa kelas 6 Sekolah Dasar (SD) Negeri Rangan Bahekang, Kecamatan Bukit Raya, Kabupaten , , menyimpan kisah haru tentang semangat mengejar pendidikan di pelosok negeri.

Siswa bernama Resky Fahriadit menjadi satu-satunya murid kelas 6 di SD tersebut. Bahkan, sekolah itu hanya memiliki total 13 siswa.

SD Negeri Rangan Bahekang terletak di daerah terpencil yang berjarak lebih dari 12 jam perjalanan dari Palangka Raya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.

Baca juga:

Karena letaknya yang berada di pelosok, jumlah siswa di sekolah ini sangat minim.

Sekolah dengan 13 Siswa dan 2 Guru

Salah satu dari dua guru yang mengajar di sekolah tersebut, Fery Iriawan, menjelaskan bahwa Desa Rangan Bahekang hanya dihuni sekitar 30 kepala keluarga, sehingga jumlah murid pun terbatas.

“Karena jumlah penduduknya sedikit, jumlah siswanya pun sedikit. Dari kelas I sampai VI hanya 13 orang. Di sini hanya ada SD, kalau SMP dan SMA berada 30 menit dari desa ini,” ungkap Fery saat dihubungi EDA WEB dari Palangka Raya, Selasa (20/5/2025).

Baca juga:

Walau hanya memiliki sedikit siswa, mereka tetap menjalankan tanggung jawab untuk memberikan pendidikan.

Fery mengungkapkan bahwa sekolah hanya memiliki dua tenaga pendidik: dirinya sebagai guru kelas, dan satu kepala sekolah.

“Guru kelasnya saya dan kepala sekolah, kami mengajar seluruh mapel, dibantu oleh dua orang honorer, yakni penjaga sekolah dan staf tata usaha,” bebernya.

Baca juga:

Belajar Bergantian di Tengah Keterbatasan

Dengan keterbatasan jumlah guru, proses belajar-mengajar dilakukan secara bergantian antar kelas.

Fery menyampaikan bahwa jumlah murid yang sedikit justru membantu dalam pengondisian kelas.

“Bergantian, paling jeda sedikit. Soalnya muridnya sedikit, jadi bisa dikondisikan. Biasanya aku jelaskan materi ke kelas 5 sebentar, lalu ke kelas 6-nya,” tutur Fery.

Baca juga:

Salah satu kelas yang digabung adalah kelas V dan VI, tempat Fery mengajar. Proses belajar dilakukan secara efisien, meski hanya dibantu dua orang tenaga honorer non-guru.

Akses Terbatas dan Minim Fasilitas

Tak hanya minim tenaga pengajar dan siswa, akses menuju Desa Rangan Bahekang juga sangat sulit. Perjalanan dari Palangka Raya menuju desa ini membutuhkan waktu lebih dari 12 jam, melewati jalur darat dan sungai.

“Kalau kami berangkat jam 7 pagi, sampai di desa ini bisa malam, jam 9 malam aku biasanya kalau jalan dari Palangka Raya,” kata Fery.

Baca juga:

Perjalanan dimulai dengan melewati jalan negara menuju Desa Tumbang Sanamang, yang kondisinya rusak parah. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki perahu kecil menyusuri sungai berarus deras dan penuh batu (riam) selama dua jam.

Tak hanya itu, desa ini juga tidak memiliki jaringan listrik. Warga bergantung pada tenaga surya untuk penerangan dan jaringan sinyal internet.

“Di sini kami juga tidak punya akses listrik, hanya memakai tenaga surya. Sinyal ini juga pakai tower panel surya yang kalau mendung sinyalnya hilang,” tambah Fery.

Baca juga:

Kisah Resky dan para guru di SD Rangan Bahekang menggambarkan semangat juang pendidikan di tengah keterbatasan. Di pelosok negeri, dedikasi dan ketekunan tetap menjadi pondasi utama mencerdaskan generasi muda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas