
EDA WEB – Penyanyi telah resmi mendapatkan kembali hak atas katalog musiknya.
Setelah bertahun-tahun memprotes pejualan yang dilakukan label lamanya, pelantun All Too Well itu akhirnya menjadi pemilik penuh musik-musiknya.
Melalui sebuah surat di situs resminya pada Jumat (30/5/2025), Taylor mengumumkan kabar gembira ini.
Baca juga:
Tak lupa, penyanyi itu mengunggah foto bersama -album yang sempat dijual Scooter Braun ke Shamrock Capital.
“Semua musik yang pernah kubuat… sekarang menjadi milikku,” tulis Taylor dalam suratnya.
Kini, Swift menjadi pemilik penuh semua video klip, rekaman konser, sampel album, fotografi, hingga lagu-lagunya yang belum sempat dirilis tetapi sudah dijual ke Shamrock Capital.
Baca juga:
https://www.instagram.com/p/DKSF56YueNv/
Impian Taylor Swift yang menjadi nyata
Dalam suratnya, Taylor Swift mengungkap bahwa kerja samanya dengan Shamrock Capital untuk membeli kembali master-master album tersebut berlangsung secara “jujur, adil, dan penuh hormat”.
Dilansir dari CNN, Jumat (30/5/2025), Taylor sempat kehilangan hak atas musiknya setelah Scooter Braun menjual rekaman master 6 album pertama sang penyanyi melalui Ithaca Holdings pada 2019 lalu.
Kala itu, Taylor mengaku tidak diberi kesempatan membeli master-nya sendiri dan memicu konflik besar antara mereka.
Baca juga:
Polemik itu mendorong Taylor untuk merekam ulang album-album tersebut. Apalagi setelah diskusi dengan Shamrock Capital untuk membeli master albumnya sempat menemui jalan buntu.
Kini, telah membeli kembali musiknya “secara langsung tanpa syarat, tanpa kemitraan, sepenuhnya otonom” dari pihak Shamrock Capital.
“Mengatakan bahwa ini adalah impian terbesarku yang menjadi kenyataan sebenarnya masih terlalu merendah,” ujar Swift.
Baca juga:
Ia pun menambahkan, keberhasilannya “membeli kembali” musiknya dari Shamrock Capital merupakan buah kesuksesan .
“Aku tidak bisa cukup berterima kasih karena (penggemar) telah membantu menyatukanku kembali dengan karya seni yang telah kudedikasikan sepanjang hidup, tetapi belum pernah kumiliki sampai sekarang,” tulisnya.
Meskipun terlibat hubungan bisnis dengan Shamrock Capital, Taylor merasa bahwa dirinya dimengerti.
Baca juga:
“Ini adalah transaksi bisnis bagi mereka, tetapi aku benar-benar merasa mereka melihatnya sebagaimana bernilai ini untukku: kenanganku, keringatku, tulisanku, dan impian puluhan tahunku,” lanjut Taylor.
Mengenai kesuksesan Taylor mendapatkan kembali hak atas rekaman master albumnya, Scooter Braun juga telah memberikan tanggapan.
“Aku ikut senang untuknya,” komentar Braun.
Baca juga:
Rekaman ulang sebagai bentuk perjuangan
Setelah berpindah ke Universal Music Group pada 2018, kontrak Taylor memungkinkan untuknya memiliki rekaman master untuk karya-karya berikutnya.
Sejak saat itu, penyanyi kelahiran 1989 itu merekam dan merilis ulang album-albumnya dengan diberi label .
Sejauh ini, ia telah merekam ulang Red, Speak Now, Fearless, dan 1989 dengan embel-embel Taylor’s Version.
Baca juga:
Taylor menambahkan lagu yang belum pernah dirilis sebelumnya pada setiap album yang kembali diluncurkan.
Di antara semua album-album sang penyanyi, para penggemar menantikan versi rekaman ulang untuk Reputation (2017) dan album debutnya Taylor Swift (2006).
Melalui pengumuman terbarunya, Taylor membocorkan bahwa rekaman ulang Taylor Swift telah selesai, tetapi Reputation masih dalam proses.
Menurutnya, kedua album itu akan dirilis “ketika waktunya tepat” sekaligus untuk merayakan pencapaiannya termasuk saat mendapatkan kembali masternya.
Baca juga:
Kesuksesan dan pengaruh rekaman ulang album Taylor Swift
Keputusan merekam ulang album-albumnya ke dalam versi Taylor’s Version membuat sang penyanyi mendulang kesuksesan besar.
Salah satu albumnya, 1989 (Taylor’s Version) yang dirilis pada 2023 meraih peringkat pertama di tangga lagu Billboard 200.
Selain itu, album Taylor’s Version dari Red, Speak Now, dan Fearless juga meraih peringkat pertama saat dirilis.
-album itu sukses besar berkat Taylor menambahkan lagu-lagu baru di dalamnya, misalnya Is It Over Now dari 1989 (Taylor’s Version) yang sempat berada di puncak Billboard Hot 100.
Baca juga:
Meskipun demikian, ia mengaku sulit merekam ulang “Reputation” karena album itu berisi momen-momen spesifik dalam hidupnya.
Di lain pihak, usaha Taylor merekam ulang enam album pertamanya selama bertahun-tahun telah memicu diskusi luas di industri musik.
Dalam suratnya, ia merasa tersentuh karena kasusnya membuka kesadaran artis lain untuk mendiskusikan kepemilikan karya dengan label.
Baca juga:
“Aku sangat tersentuh oleh diskusi yang kembali muncul di industri di kalangan artis dan penggemar,” kata Taylor.
“Setiap kali ada artis baru yang mengatakan bahwa mereka berhasil menegosiasikan kepemilikan master mereka karena perjuangan ini, aku sadar betapa pentingnya semua ini terjadi,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas