
EDA WEB – Perempuan yang sedang hamil cenderung lebih sensitif karena faktor hormon, serta perasaan cemas apakah persalinan bakal berjalan lancar atau tidak, serta perubahan kondisi fisik.
Deretan hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan mental mereka, dan berdampak pada kondisi kesehatan janin dan proses persalinan kelak.
Baca juga:
Memiliki yang menyebalkan, seperti lebih mengutamakan kesehatan janin ketimbang menantu yang mengandung dan sering membanding-bandingkan, juga berpengaruh.
Menurut psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental bagi yang hendak melahirkan adalah mengutamakan diri sendiri.
Menjaga kesehatan untuk ibu hamil yang akan melahirkan
1. Mengutamakan diri sendiri
Kondisi mental dan fisik ibu hamil yang akan melahirkan bisa dikatakan berada di ujung tanduk. Salah langkah sedikit bakal memberi dampak yang luar biasa bagi mereka.
Untuk itu, ibu hamil harus mengutamakan diri sendiri.
“Ibu mengedepankan dirinya terkait apa yang dia mau, dia lakukan, dia berikan ke diri sendiri atau janinnya, dan terkait apa yang mau dilakukan terkait kehamilannya dan kondisi fisiknya,” ucap Adelia, Minggu (3/8/2025).
Artinya, apa yang dilakukan dan diberikan berdasarkan kemauan sendiri untuk dirinya dan janinnya, bukan karena tekanan dari orang lain, apalagi ibu mertua.
Ketika mengutamakan diri sendiri berdasarkan kemauan sendiri, hal ini dapat menjaga kesehatan ibu hamil dan janin. Sebab, ibu dalam keadaan bahagia, bukan di bawah tekanan.
“Dan orang-orang di sekitarnya harusnya juga mengutamakan ibu hamil, mengutamakan kenyamanan dia, kondisi kesehatan dia, dan melakukan kegiatan yang memungkinkan untuk dia terlibat,” jelas psikolog yang berpraktik di lembaga Jaga Batin di Bandung, Jawa Barat.
2. Cuek dengan komentar negatif
Ketika ibu hamil mengutamakan dirinya dan tahu apa yang diinginkan, ia tidak akan terpengaruh dengan komentar kurang mengenakkan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk ibu mertua.
Misalnya adalah ketika ada yang membandingkan kondisi kehamilannya dengan orang lain.
sudah tahu tentang kondisi kesehatannya sehingga ia bisa menerapkan “masuk kuping kanan, keluar kuping kiri”.
3. Jangan pesimis
Jangan pesimis masih berkaitan dengan ketika ibu hamil mengutamakan dirinya, dan cuek dengan komentar negatif.
Sebagai contoh, belakangan ini beredar video di TikTok tentang seorang menantu yang kesakitan saat melahirkan. Alih-alih didukung dan disemangati, ia malah dimarahi oleh seseorang yang diduga ibu mertuanya.
Sang ibu mertua justru menyuruh menantunya untuk mati, tapi harus melahirkan cucunya terlebih dulu.
“Menurutku, dengan ibu hamil mengutamakan dirinya saja, itu sudah cukup. Ketika dia cuek dengan komentar negatif, dia juga tidak akan pesimis,” terang Adelia.
Misalnya adalah kalimat, “Ya sudah mati saja, tapi anaknya dilahirkan dulu” yang dilontarkan oleh ibu mertua dalam video tersebut kepada menantunya.
Ibu hamil yang sebelumnya tidak mengutamakan dirinya sendiri dan selalu memikirkan kalimat-kalimat negatif yang diarahkan padanya, bakal memiliki pola pikir, “Ya sudah. Nanti kalau aku melahirkan dan aku mati, ya sudah enggak apa-apa”.
“Padahal pola pikir kayak begitu enggak boleh. Kondisi pikiran yang sudah pesimis bakal pengaruhi kondisi bayinya. Ibu dan anak itu bukan dua subyek yang berbeda. Mereka menjadi satu,” kata Adelia.
4. Kompak dengan suami
Kompak dengan suami sangatlah penting demi kesehatan mental ibu hamil, terutama menjelang persalinan.
Sebab, suami adalah garda terdepan dalam menghadapi ibu mertua. Suami lebih paham dengan cara menyampaikan apa yang dikomplain oleh istri terhadap ibunya, dan paham dengan cara menegur ibunya.
“Karena kita sebagai menantu pun pasti masih punya jarak dengan mertua. Yang bisa menjadi garda terdepan yang suami daripada kita yang mungkin bakal serba salah kalau mau komentar atau speak up,” ucap Adelia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas