
EDA WEB – di Jakarta merupakan salah satu peristiwa di pengujung dan Orde Baru. Peristiwa ini berlangsung di tengah tuntutan .
Berdasarkan “Laporan Hasil Penyelidikan Pelanggaran HAM yang Berat dalam Kerusuhan 13-15 Mei 1998” oleh Komnas HAM pada 2003, peristiwa ini tak bisa dilepaskan dari konteks situasi dan dinamika politik saat itu.
Konteks ini terkait dengan rentetan peristiwa sebelumnya, seperti Pemilu 1997, penculikan aktivis, krisis ekonomi, SU MPR RI 1998, gelombang demonstrasi mahasiswa, dan tewasnya akibat tertembak.
Dalam skala besar, kerusuhan ini tak hanya melanda Jakarta, tetapi juga terjadi di beberapa wilayah lain, yakni Solo (14-15 Mei), Lampung (15 Mei), Palembang (13-15 Mei), dan Surabaya (14-15 Mei). Sementara pada 4-8 Mei serta 27 Mei 1998, kerusuhan meletus di Medan dan kabupaten lain di Sumatera Utara.
Kendati begitu, menurut Komnas HAM, kerusuhan di Jakarta dan sekitarnya pada 13-15 Mei 1998 punya skala kerusuhan yang luas, korban yang banyak, dan adanya indikasi terencana dan terorganisasi, serta pembiaran oleh aparat keamanan.
Kronologi di Jakarta
Merangkum artikel dan penelitian Juliandry Hutahaean berjudul “Dampak Kerusuhan Mei 1998 terhadap Pengusaha Etnis Tionghoa di Petukangan Jakarta tahun 1998-2003“, kerusuhan 13-15 Mei 1998 didahului unjuk rasa mahasiswa Trisakti pada 12 Mei.
Aksi atas kondisi ekonomi Indonesia dan tuntutan penurunan Soeharto dari jabatan presiden ini semula berlangsung damai. Namun, bentrokan pecah antara massa dan aparat keamanan.
Bentrokan ini berujung pada tewasnya empat mahasiswa Trisakti akibat diterjang peluru. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998), dan Hendriawan Sie (1975-1998)
Peristiwa ini memicu gelombang demonstrasi kembali. Pada 13 Mei 1998, mahasiswa Trisakti turun ke jalan untuk memprotes tindakan represif aparat yang dilakukan sehari sebelumnya.
Akan tetapi, situasi yang lambat laun memanas akhirnya berujung pada meletusnya kerusuhan di depan kampus Trisakti. Pembakaran pom bensin dan pengrusakan pos polisi berlangsung di Terminal Grogol.
Kerusuhan pun mulai meluas, mulai dari Jl. Kyai Tapa hingga Jl. Hayam Wuruk. Lantas, merembet ke arah Jl. Daan Mogot hingga sekitar Cengkareng dan sekitar Slipi.
Kerusuhan pada 13 Mei berlangsung hingga malam hari. Keesokan harinya, atau 14 Mei 1998, kerusuhan menyebar ke titik-titik lain di Jakarta. Rangkaian kekacauan terjadi di hari tersebut.
Mulai dari penjarahan dan pembakaran besar-besaran, yang menyasar ruko, mall, dan kendaraan umum serta pribadi. Sebagian barang jarahan dibakar di tengah jalan, dan sebagian lain dibawa pulang.
Pada 15 Mei 1998, kerusuhan mulai mereda. Di hari itu, aparat keamanan mulai lebih aktif berpatroli.
ABRI memegang kendali kota Jakarta. Sisa-sisa pembakaran dan pengrusakan terhadap kendaraan terlihat mulai sepanjang jalan besar di Jakarta, terutama di kawasan bisnis orang-orang keturunan Tionghoa.
1998
Korban kerusuhan 13-15 Mei 1998 mencakup korban jiwa. Kadispen Polri saat itu, Brigjen (Pol) Da’i Bachtiar, korban tewas dalam kerusuhan di Jakarta adalah 293 orang.
Di Toserba Yogya, tepatnya daerah Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, terdapat ratusan korban tewas akibat terbakar.
Korban kerusuhan juga mencakup korban pemerkosaan yang tersebar di wilayah dengan konsentrasi warga Tionghoa. Pemerkosaan juga terjadi di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Pada 13 Mei 1998, tercatat ada 9 orang korban pemerkosaan, dengan 3 di antaranya meninggal dunia. Pada 14 Mei 1998, terdapat 132 korban pemerkosaan, 14 di antaranya meninggal dunia.
Selain itu, terdapat pula sejumlah kerugian material dalam kerusuhan ini. Sebanyak 1.344 bangunan rusak dan dibakar, 1.009 kendaraan roda empat rusak/dibakar, dan 205 kendaraan roda dua rusak/dibakar.
Refrensi:
- Tim Ad Hoc Penyelidikan Peristiwa Kerusuhan 13-15 Mei 1998. 2003. Ringkasan Eksekutif Penyelidikan Pelanggaran HAM yang Berat dalam Peristiwa Kerusuhan 13-15 Mei 1998. Jakarta: Komnas HAM.
- Juliandry Hutahaean, (2014), “Dampak Kerusuhan Mei 1998 terhadap Pengusaha Etnis Tionghoa di Petukangan Jakarta tahun 1998-2003”, Journal of Indonesian History, Vol. 3 (1), 27-33.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas