
EDA WEB – I Gusti Ngurah Rai merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia di masa kemerdekaan.
Lahir di masa kolonial, ia memimpin perlawanan di Bali terhadap kembalinya Belanda pada tahun 1946.
Di tengah keterbatasan pasukannya, I Gusti Ngurah Rai tak mau berkompromi dengan Belanda hingga akhirnya gugur di medan tempur.
menjadi penting bagi kedaulatan Republik Indonesia yang baru menyatakan merdeka.
I Gusti Ngurah Rai lahir di Desa Carangsari, Bali, pada 9 Januari 1917. Ayahnya, I Gusti Ngurah Pacung, menjabat sebagai camat (Manca), sementara ibunya bernama I Gusti Ayu Kompyang.
Ngurah Rai memiliki dua saudara, yakni I Gusti Ngurah Raka dan I Gusti Ngurah Anom. I Gusti Ngurah Rai merupakan anak kedua dari tiga bersaudara tersebut.
Di masa kecil, Ngurah Rai dikenal sebagai anak yang sering mengajak teman-temannya bermain di sekitar desanya.
Salah satu kegemarannya adalah bermain gulat, yang kemudian berkembang menjadi ketertarikannya pada bela diri pencak silat.
Selain itu, Ngurah Rai juga menyukai seni tari tradisional, seperti baris dan janger.
Setelah menamatkan pendidikan di HIS Denpasar, Ngurah Rai melanjutkan ke MULO di Malang. Namun, karena ayahnya meninggal dunia pada 1935, ia terpaksa kembali ke Bali.
Selama di desanya, Ngurah Rai aktif mengajarkan pencak silat kepada pemuda setempat. Keahliannya ini tidak hanya membentuk fisiknya, tetapi juga memperkuat karakter kepemimpinannya.
I Gusti Ngurah Rai mengikuti pendidikan militer di Corps Opleidingvoor Reserve Officieren di Magelang, sebelum diangkat sebagai letnan dua pada Corps Prayudha, Bali.
I Gusti Ngurah Rai menunjukkan bakat luar biasa dalam teori maupun praktik. Tak ayal, reputasinya mengangkat Ngurah Rai sebagai pemimpin pasukan di masa revolusi fisik.
Perjuangan I Gusti Ngurah Rai di Masa Revolusi Fisik
Setelah Proklamasi 1945, I Gusti Ngurah Rai diangkat sebagai pimpinan tertinggi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil. Ia membentuk yang terdiri dari 13 kompi.
Pasukan ini bertugas menjaga wilayah Bali dari ancaman penjajah yang ingin kembali berkuasa, serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada 13 Desember 1945, Ngurah Rai memimpin aksi pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang tersisa di Bali. Walaupun mengalami beberapa kegagalan, aksi ini sebagai upaya Ngurah Rai mempertahankan kemerdekaan.
Tidak lama kemudian, ia memimpin long march ke Gunung Agung untuk mengorganisasi perlawanan lebih lanjut terhadap Belanda.
Selama long march, terjadi sejumlah pertempuran antara pasukan Ngurah Rai dan Belanda. Salah satu momen penting adalah pertempuran di Sekumpul, Buleleng, dan negosiasi dengan Letnan Kolonel Termeulen dari pihak Belanda.
Melalui surat kepada Kolonel Termeulen, Ngurah Rai dengan tegas menyatakan bahwa rakyat Bali dan Indonesia tidak akan tunduk pada Belanda.
Puncak di masa revolusi fisik terjadi dalam pertempuran 20 November 1946.
bertempur habis-habisan melawan Belanda yang punya keunggulan teknologi dan jumlah pasukan.
Saat berada dalam situasi yang sulit, Ngurah Rai memerintahkan “puputan”, sebuah perlawanan total hingga titik darah penghabisan.
Dalam pertempuran tersebut, Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur. Ia dimakamkan di Desa Marga, tempat pertempuran terakhirnya.
Refrensi:
- Julinar Said dan Triana Wulandari. 1995. Ensiklopedi Pahlawan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
- I Gusti Ayu Kristianingrat dan I Wayan Kertih, (2019), “Menggali Nila-Nilai Kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai sebagai Sumber Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS”, PIPS, Vol. 3(2), 103-110.
- I Nyoman Bayu Pramartha dan Ni Putu Yuniarika Parwati, (2023), “Nilai Pendidikan Karakter Perjuangan I Gusti Ngurah Rai dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia serta Potensinya sebagai Sumber Pembentukan Karakter Bangsa”, Widyadari, Vol. 24(1), 43-54.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas